Ilustrasi dari Inet
Saudaraku..
Termasuk dalam cakupan tauhid rububiyah adalah kita mengimani dengan
yakin tanpa ada keraguan sedikit pun bahwa jodoh ada di tangan-Nya.
Artinya tanpa ada kehendak Allah SWT, maka kita tak akan hidup seatap
dengan pasangan hidup kita seperti sekarang ini.
Siapapun yang Allah Swt tentukan buat menemani hidup kita, pasti ia
akan mendekat kepada kita, walaupun ia berada di ujung dunia sekalipun.
Dan siapa yang bukan ditakdirkan untuk mengisi hati kita, maka ia akan
menjauh dari kita walaupun ia tinggal di seberang rumah kita.
Saudaraku..
Seminggu yang lalu aku mendapat undangan pernikahan dari salah seorang
santriku di ma’had tahfizh, yang terkirim lewat inbox Facebook
kesayanganku. Ternyata ia akan menyunting santriwati di ma’had yang
sama. Subhanallah, sungguh tak disangka, berawal dari sama-sama mengkaji
Islam, menghafal al Qur’an, mentela’ah hadits, memperluas tsaqafah
Islamiyah dan yang seirama dengan itu, akhirnya Allah Swt menyatukannya
dalam satu bahtera. Turut berbahagia membaca undangan yang menyiratkan
rasa syukur dan bahagia dari kedua santriku itu. Barakallahu laka, wa
baraka ‘alaika, wa jama’a bainakumaa fil khair…
Terekam kembali pertemuanku dengan bidadariku tercinta. Tak terasa
waktu terus bergulir, hampir tiga belas tahun lamanya kami disatukan
dalam keindahan ibadah yang bernama pernikahan. Kami dipertemukan Allah
Swt dalam waktu yang sangat singkat, hanya sebulan, sebelum akhirnya
sepakat melangsungkan pernikahan. Padahal sebelumnya aku hanya mengenal
namanya saja. Ia pernah aktif dalam kegiatan ke-Islaman dan pernah
belajar bahasa Arab di sebuah Ma’had di Lampung.
Saudaraku..
Ada sahabat karib-ku berasal dari Jawa Tengah, setelah ia menyelesaikan
study di universitas Islam Madinah, ia menjadi guru tahfidz dan bahasa
Arab di sebuah pesantren di Lampung. Beberapa bulan mengabdi di sana,
ternyata membuahkan hasil positif. Ia kecantol salah seorang santri
putrinya. Yang sekarang telah memberi tiga anak kepada sang ustadz dan
sedang menanti kelahiran anak keempat. Ketika bersua dengan sahabatku
itu, aku sering meledeknya dengan tertawa lepas, “Pekrid, ngepek murid
(artinya, menikahi murid),” lalu temanku itu membalas candaanku dengan
guyonan pula, “Itu namanya ‘hubungan bathin’ yang diakhiri dengan
hubungan zahir yakni, pernikahan.”
Saudaraku..
Jodoh, merupakan tabir Ilahi, yang tak mampu disingkap oleh kita selaku
hamba-Nya. Kita tak mengetahuinya, terkecuali setelah terjadi di alam
realita.
Ada orang yang selama lima tahun menjalin hubungan khusus pra nikah
(baca: pacaran), berakhir dengan kegagalan membangun sebuah rumah tangga
idaman. Justru ia ditakdirkan menikah dengan orang yang baru beberapa
hari dikenalnya.
Jodoh telah menyadarkan lamunan kita bahwa Allah-lah yang
membolak-balikkan hati kita. Cinta dan benci tak kekal abadi dalam hati
kita. Ada dua orang yang berlainan jenis, yang semasa di bangku
pendidikan, saling membenci dan berdebat serta perang mulut sewaktu
rapat organisasi. Pada akhirnya Allah satukan hati keduanya lewat jalur
pernikahan. Apakah perdebatannya terus berlanjut pasca pernikahan?
Wallahu a’lam. Yang pasti, rasa cinta yang terus mengalir setelah
keduanya hidup dalam satu atap. Lahirnya anak-anak yang lucu, sebagai
bukti yang tak terbantahkan.
Ada pengalaman unik dari sahabatku di bangku Aliyah dulu, di mana
setamatnya dari sekolah ia menikahi ibu guru matematikanya di sekolah.
Padahal ketika ia belajar, ia sangat membenci sang guru. Dan usia
keduanya pun berjarak sekitar sepuluh tahun. Tapi begitulah jodoh, yang
datang menyapa kita dengan membawa keunikannya sendiri.
Saudaraku..
Meskipun jodoh ada di tangan Allah Swt, namun kita memiliki ikhtiar
untuk menyibak tabir Ilahi tersebut. Kita lazim menentukan kriteria
pasangan hidup kita. Sehingga Rumah tangga yang kita bangun bisa membuka
jalan yang menyampaikan kita pada kebahagiaan hidup di dunia dan
akherat. Pasangan hidup kita bisa menjadi mitra yang menyenangkan dalam
pelayaran keluarga menuju surga; baik itu surga di dunia ini terlebih
surga di akherat kelak.
Kriteria pasangan hidup yang akan menghantarkan kita pada kebahagiaan
hidup adalah seperti yang disinggung oleh Nabi saw, Perempuan itu
dinikahi karena empat perkara; hartanya, keturunannya, kecantikannya dan
agamanya. Pilihlah perempuan yang beragama, niscaya engkau tidak akan
merugi.” Muttafaq ‘alaih.
Dari keempat kriteria tersebut, yang paling menarik perhatian pria
atau calon suami adalah paras menarik atau kecantikan wajah. Namun
kecantikan luar terkadang menipu dan memperdaya. Maka kecantikan wanita
itu semestinya dinilai pula dari dalam. Artinya, kecantikan luar (zahir)
dan kecantikan dalam (bathin).
Saudaraku…
Syekh ‘Utsaimin rahimahullah menyebutkan bahwa kecantikan yang
dimaksudkan adalah kecantikan Hissy dan maknawi (zahir dan bathin).
Wanita, semakin sempurna kecantikan parasnya dan indah suaranya, maka
semakin elok untuk dipandang dan kita merindukan kehadirannya. Dengan
demikian hati kita akan terbuka dan dada kita semakin luas. Dan
kedamaian pun mengalir memenuhi relung hati.
Sedangkan cantik secara maknawi atau bathin, merupakan perpaduan
antara kesempurnaan dien dan keindahan budi pekerti. Jika seorang
wanita, semakin sempurna dien dan elok akhlaknya, maka ia semakin
mengapit rasa, dekat kepada cinta dan selamat akibatnya (dari prahara
keluarga).
Nabi saw pernah bersabda, ”Sebaik-baik wanita (istri) adalah jika
engkau memandangnya, ia dapat membuatmu senang. Jika engkau menyuruhnya
suatu hal, ia mentaatimu. Jika engkau memberinya (uang belanja) ia akan
menggunakannya untuk kebaikanmu. Jika engkau pergi, ia akan menjaga
dirinya dan hartamu.” HR. An Nasa’i.
Saudaraku..
Kecantikan bathin inilah yang akan membuat penampilan wanita tampak
anggun, bercahaya, memikat, menarik dan indah dipandang. Walaupun ia tak
mengenakan perhiasan emas dan berlian, perhiasan dunia. Ia tak perlu
melakukan oprasi plastik dan yang senada dengan itu. Karena sejatinya
dialah perhiasan dunia yang termahal harganya.
“Dunia adalah perhiasan. Dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah.” H.R; Muslim.
Saudaraku..
Mudah-mudahan anda yang sudah menikah, telah menemukan pasangan hidup
yang cantik dari dalam. Jika belum, koreksilah diri sendiri, barangkali
memang anda belum tampan dari dalam, sehingga anda tidak layak menjadi
pendamping wanita yang cantik dari dalam.
Bagi anda para pemuda yang belum menemukan jodohnya, waspadalah bahwa
wanita yang cantik dari dalam yang ingin anda nikahi bukanlah wanita
yang anda lihat mejeng di mall-mall dan tempat-tempat perbelanjaan. Atau
yang suka memamerkan kecantikannya pada semua orang. Atau yang suka
mengusik ketenangan anda di tengah malam dengan telepon. Atau pun yang
suka mengumbar senyum pada lelaki yang bukan mahramnya dan yang seirama
dengan itu.
Dan bagi anda wanita muslimah yang masih hidup menyendiri, selama
anda selalu berupaya menjadi wanita yang cantik dari dalam, yakinlah
bahwa arjuna berhati malaikat pasti datang menjemput anda. Kapan
waktunya? Serahkanlah pada-Nya. Jangan pernah berputus asa dari rahmat
Allah Swt, karena berputus asa, kecewa berlebihan, merasa tak ada
harapan, menilai bahwa jalan telah buntu. Hal itu semua merupakan bibit
dari kekufuran. Wallahu a’lam bishawab.
Riyadh, 19 Mei 2012 M.
Sumber:Status Ustadz Abu Ja’far
(http://www.facebook.com/profile.php?id=100000992948094)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar